Cya, mungkin memang kau tak pernah
mendengar dengan jelas dari bibirku, bahwa aku mencintaimu. Bahwa aku menyayangimu.
Memang, mulanya aku tidak memiliki rasa itu. Hanya ada rasa untuk mengerti keberadaanmu disampingku, hingga akhirnya semua menjadi buruk, dan lalu jalan seolah gelap di depan jika harus bersamamu. Ingin rasanya aku menjauhimu sejak saat itu, namun jarak selalu saja membuat kita tidak pernah bisa cukup jauh untuk terpisah. Selalu saja ada rasa yang tertinggal. Rasa yang tidak pernah aku mengerti, jika ternyata itu cinta.
Memang,
kau tidak begitu saja menggantikan satu sosok wanita yang pernah membuatku
terbenam dalam duka. Memang, aku juga tak pernah mencoba membandingkan antara
kau dan dirinya. Sekian waktu ku hanya hidup dalam kenangan dan harapan. Tanpa
ada satupun orang yang tahu, apa sebenarnya yang kuharapkan jauh di dasar
hatiku.
Maafkan
aku Cya…
Meski
kutahu engkau akan menolak kata maafku. Mengatakan bahwa tidak pernah ada satu
hal pun dariku yang salah untuk kau maafkan. Aku tahu, kau s’lalu mencoba untuk
berdiri di sisi paling mengerti di duniaku, tapi sekian lama aku seolah menolak
keberadaanmu di hidupku secara utuh.
Betul
memang Cya, sekian lama aku tidak pernah secara utuh menerimamu di hidupku.
Kupikir aku masih hidup dalam kubangan masa lalu dan ketakutan masa depan saat
mengerti kondisi dalam keluargamu.
Rasa
yang kukira tak pernah menjadi begitu utuh. Rasa yang tak kukira akan hadir
secepat ini. Rasa yang kupikir akan datang saat semuanya sudah lebih baik,
ternyata harus hadir di saat yang tak tepat. Semakin tak tepat, manakala rasa
ini juga hadir di saat kau juga mulai memutuskan untuk pergi.
Tidak
ada yang salah denganmu Cya. Kau pantas dan kau berhak melakukan itu. Kau
berhak menata hidupmu. Kau berhak untuk mencoba merintis semuanya lagi, sebab
mungkin memang berdiri di sampingku, akan seringkali membuatmu terluka manakala
aku menoleh sejenak ke belakang.
Namun,
di balik semua kenyataan yang terjadi itu Cya… aku mencintaimu. Aku mencintaimu
dengan caraku. Mencintaimu beriringan dengan prosesku meninggalkan masa lalu.
Dan jika kau akhirnya kini cemburu dengan semua masa laluku, aku bisa mengerti.
Bahkan ketika akhirnya aku hanya bisa meratapi keadaan yang mulai tak
menguntungkanku ini, aku juga hanya bisa memahami.
Pergilah
Cya… kejarlah hidupmu. Usah pedulikan aku meski nyata kini ku akui aku
menyayangimu. Terbaik, dan paling realistis untukmu memang tidak berjalan
denganku. Mungkin satu langkah kecilmu itu memberi banyak kebaikan bagi kita
berdua kelak. Yakini saja itu.
Sementara itu saja dulu Cya… maaf jika
aku hanya bisa mengutarakanya disini. Sebab, aku tidak ingin membingungkanmu
lebih jauh.
)* Pernah aku post-kan di blog lamaku tahun 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar